Sunday, May 18, 2014

Mendisiplinkan Anak - Komunikasi Orang Tua dan Guru (Kisah Guru Kimia)

Panduan dan tips mendidik anak - disiplin anak komunikasi orang tua guru
Selain membutuhkan komunikasi agar timbul kesehatian antara kakek dan Nenek, maka yang tak kalah penting juga yaitu komunikasi dan kesehatian antara orang tua dan guru. Di sekolah, orang tua dan guru harus sehati dihadapan anak-anak. Kalau ada perbedaan diskusikan dengan guru atau laporkan tingkah laku si guru ke Kepala Sekolah, tetapi jangan ceritakan apa yang kau lakukan kepada anak kita, jangan menjadi 'jagoan' dengan 'melabrak' gurunya, jangan jadi 'pahlawan' untuk urusan yang semacam ini, jadilah pahlawan bagi anak-anak kita dalam bidang lain.

Jika hal di atas yang kita lakukan, maka anak-anak kita tidak akan menghormati gurunya, dia tidak akan belajar menghormati otoritas diatasnya, akan memberontak disekolah dan akhirnya pelajaran di sekolahnya tidak bisa masuk ke otaknya. Saya ceritakan kisah menarik teman saya di SMA. Dia bercerita:

Kami memiliki guru kimia yang tidak menarik dan menyebalkan, waktu kami kelas 1, maka rata-rata nilai kimia di sekolah 6 atau 7 saja. Kimia bukan pelajaran yang menarik. Waktu kelas 2, guru kimia diganti dengan guru baru, muda, cakep dan mengajar dengan cara yang 'luar biasa'. Dia datang membawa kertas putih kosong dan menantang para murid siapa yang bisa membaca 'surat' tersebut akan diberi hadiah. Semua murid tidak ada yang bisa karena itu bukan 'surat' hanya sebuah 'kertas kosong'.

Setelah murid-murid menyerah, guru mengambil 'surat' itu, menyemprotnya dengan cairan bening dan munculah tulisan warna merah muda: "I love You, ketemu jam 4 di toko buku" Sang guru kembali menantang siapa yang mau membuat surat cinta yang pasti lolos sensor oleh calon mertua? Ketika murid-murid begitu tertarik, maka sang guru mulai menceritakan cairan apa yang digunakan untuk menulis dan cairan apa yang digunakan untuk menyemprot, apa isi masing-masing cairan tersebut, bagaimana reaksi kimia dan warna yang menyertainya.

Setiap minggu ada saja 'demonstrasi' semacam tukang sulap yang diperagakan si guru kimia ini. Begitu menariknya sehingga jika 10 menit guru tidak datang, kami beramai-ramai menjemput si guru di ruang guru. Lain ceritanya ketika guru menyebalkan, jika dia tidak datang, kami menutup pintu kelas, seolah-olah di dalam ada pelajaran.

Tahun itu rata-rata nilai kimia di kelas 7-8 dan tidak sedikit yang mendapat nilai 9-10. Tiba-tiba kimia menjadi pelajaran yang menarik. Ketika murid hormat dan senang dengan gurunya, pelajarannya menjadi mudah diterima.
Karena itu orang tua, janganlah kita mengucapkan kata-kata negatif tentang guru anak kita atau sekolah anak kita, sehingga anak kita tidak hormat lagi dengan guru dan sekolahnya, dan kita juga yang akan rugi sendiri. Jika sudah terlalu parah memang lebih baik pindahkan saja ke sekolah yang lain. Jika kita tidak bermaksud memindahkan anak kita maka jangan katakan: "Wah gurumu itu tidak mengerti ilmu mendidik anak, kampungan!" "Wah sekolahmu itu tidak bonafide!" dll.

Jika anak sudah tidak hormat dengan gurunya atau tidak suka dengan sekolahnya, pelajaran menjadi sulit diterima, karena sudah tidak 'respect'. Sama dengan saudara jika kecewa atau tidak hormat dengan seorang 'Ustad', maka kotbahnya tidak masuk di hati kita bukan? Bisa saja kita mendengarnya namun kita berkata dalam hati kita : "Ah teori"

Insya Allah akan lahir generasi yang kuat. Mencetak generasi khairu ummah.

No comments:

Post a Comment