Dalam prinsip untuk mendisiplinkan anak, didikan dan hukuman untuk mendisiplin anak ada ukurannya. Dalam mendidik anak, hukuman untuk anak perempuan bisa berbeda dengan anak laki-laki, karena ada perbedaan respons. Anak laki-laki cenderung 'cuek' terhadap teguran, sementara anak perempuan, yang memang lebih kuat perasaannya, sudah akan menangis dengan dimarahi. Hukuman tidak harus dengan tongkat, perkataanpun bisa berfungsi seperti tongkat, sebagai hajaran, sebagai hukuman, bahkan dalam beberapa hal bisa lebih menyakitkan.
Hukuman hanya dilakukan, jika sudah berulang ulang dan berulang2 disampaikan ajaran dengan penuh kasih, diberi teladan dan teladan sampai anak mengerti, bahkan sudah melakukan peraturan tersebut berkali-kali. Nah, jika anak dengan sengaja melanggar peraturan, bertindak kurang ajar, melawan orang tua dan berbagai ‘dosa’ lainnya, maka baru pendisiplinan dilakukan.
Berikan hukuman mulai dari ukuran terendah, hingga tujuan didikan tercapai, yaitu anak menyadari kesalahannya. Didikan tidak harus dengan pukulan atau rotan atau tongkat, bisa saja itu dilakukan, jika memang anak meningalkan jalan Allah. Kesalahan yang berupa 'dosa' seperti mencuri, berzinah mengambil barang teman atau tetangga, dan lainnya. Tetapi jika anak hanya menjatuhkan gelas, ya apa perlu kita harus menghajarnya. Apalagi kalau gelas itu jatuh karena anak kaget ketika orang tua berteriak, " Awas!! nanti jatuh."
Jika harus memukulnya, karena anak berbuat kategori 'dosa', itupun saya hanya merekomendasikan, pukulah pantatnya, jangan bagian lain dari tubuhnya, karena bisa berbahaya. Jika pukulan mengenai saraf di tangan, di kaki, apalagi di kepala, akan terjadi kerusakan saraf, lebih cepat dari sebenarnya. Bisa muncul efek 'parkinson' 15 atau 20 tahun kemudian. Rusaknya saraf tidak kelihatan waktu kita memukul anak, tetapi akan muncul belakangan, bisa 15 atau 20 tahun kemudian.
Pantat adalah bagian yang aman untuk dipukul, bahkan saya memandang ini sebagai tempat yang Tuhan ciptakan untuk didikan. Bagian lain yang masih cukup aman untuk hukuman adalah telinga, saudara bisa 'menjewer' atau 'menylentiknya'.
Allah berfirman: "Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: 'Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.'" (Qs. Ali Imron: 38)
Insya Allah akan lahir generasi yang kuat. Mencetak generasi khairu ummah.
Hukuman hanya dilakukan, jika sudah berulang ulang dan berulang2 disampaikan ajaran dengan penuh kasih, diberi teladan dan teladan sampai anak mengerti, bahkan sudah melakukan peraturan tersebut berkali-kali. Nah, jika anak dengan sengaja melanggar peraturan, bertindak kurang ajar, melawan orang tua dan berbagai ‘dosa’ lainnya, maka baru pendisiplinan dilakukan.
Berikan hukuman mulai dari ukuran terendah, hingga tujuan didikan tercapai, yaitu anak menyadari kesalahannya. Didikan tidak harus dengan pukulan atau rotan atau tongkat, bisa saja itu dilakukan, jika memang anak meningalkan jalan Allah. Kesalahan yang berupa 'dosa' seperti mencuri, berzinah mengambil barang teman atau tetangga, dan lainnya. Tetapi jika anak hanya menjatuhkan gelas, ya apa perlu kita harus menghajarnya. Apalagi kalau gelas itu jatuh karena anak kaget ketika orang tua berteriak, " Awas!! nanti jatuh."
Jika harus memukulnya, karena anak berbuat kategori 'dosa', itupun saya hanya merekomendasikan, pukulah pantatnya, jangan bagian lain dari tubuhnya, karena bisa berbahaya. Jika pukulan mengenai saraf di tangan, di kaki, apalagi di kepala, akan terjadi kerusakan saraf, lebih cepat dari sebenarnya. Bisa muncul efek 'parkinson' 15 atau 20 tahun kemudian. Rusaknya saraf tidak kelihatan waktu kita memukul anak, tetapi akan muncul belakangan, bisa 15 atau 20 tahun kemudian.
Pantat adalah bagian yang aman untuk dipukul, bahkan saya memandang ini sebagai tempat yang Tuhan ciptakan untuk didikan. Bagian lain yang masih cukup aman untuk hukuman adalah telinga, saudara bisa 'menjewer' atau 'menylentiknya'.
Allah berfirman: "Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: 'Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.'" (Qs. Ali Imron: 38)
Insya Allah akan lahir generasi yang kuat. Mencetak generasi khairu ummah.
No comments:
Post a Comment