Wednesday, May 21, 2014

Mengatasi/Melatih Anak (Laki-Laki) yang Lebih Malas Belajar

panduan dan tips mendidik anak - solusi anak malas belajar
Bagaimana solusinya jika anak kita malas belajar atau mengerjakan PR? Berbeda dengan anak laki-laki, anak perempuan memang lebih cepat dewasa daripada anak laki-laki. Di usia yang sama, anak perempuan seolah lebih dewasa 3 tahun. Anak perempuan cenderung tekun, sedang anak laki-laki cenderung kreatif, aktif, tidak bisa diam, bermain lebih banyak, tidur lebih malam dan bangun lebih siang. Orang tua, suster, pembimbing perlu lebih sabar bahkan mendampingi, menunggui anaknya yang laki-laki untuk mengerjakan PR-nya.

Suatu ketika saya pulang pelayanan dan saya tanya akan laki-laki saya, berumur 6 th, kelas 1 SD, apakah dia sudah mengerjakan PR-nya, dan hampir pasti setiap kali saya bertanya semacam itu, jawabannya adalah; "belum". Saya katakan pada anak saya; "Matikan TV, masuk kamar dan kerjakan PR". Anak saya menurut dan masuk kamar. Saya tetap di ruang keluarga membaca koran. Setengah jam kemudian saya menyusul ke kamar anak saya dan menjumpai dia bermain di meja belajarnya dan tidak mengerjakan satupun.

Anak saya mengajukan permintaan, mau mengerjakan PR kalau saya menemani, menunggui di kamarnya. OK, saya masuk kamarnya menunggui dan supaya tidak menganggur, saya baca koran di kamarnya. Lima belas menit kemudian saya menyadari bahwa anak saya juga tidak mengerjakan apa-apa selain corat-coret menggambar semaunya sendiri dan bukan mengerjakan PR-nya.

Dia mengajukan permintaan lagi, maunya ditunggui papa tapi tidak sambil baca koran! Saya sadar, bahwa anak butuh perhatian lebih dari yang kita bayangkan dan pikirkan. Saya taruh koran saya, saya ambil kursi, duduk disebelah anak saya dan sesekali saya 'dikte' / bacakan soalnya dan dia mengerjakan dengan sangat cepat!

Setelah sembuh dengan ditunggui, lain waktu kambuh susah lagi mengerjakan PR-nya. Maka saya menyarankan latih dan terus latih sampai dia sadar bahwa PR adalah urusan-nya dan bukan urusan/keperluan kita. Latih dengan cara mengendalikan kesukaanya.

Ketika anak kami masih lebih kecil, beberapa tahun lalu, dimana diajak orang tua ke plaza adalah hal yang menyenangkan, maka kami hanya mengajaknya ke plaza jika PR sudah dikerjakan dan jika tidak selesai, maka kakak dan adiknya yang sudah selesai mengerjakan PR diajak ke plaza dan dia ditinggal. Sekali kejadian kami benar-benar tinggal di rumah dan berikutnya 'ancaman' akan ditinggal cukup efektif membuat dia 'segera' mengerjakan PR-nya.

Ketika dia bertambah besar, maka kadang dia tidak ingin ke plaza bersama kami orang tua, karena dia lebih senang di rumah main komputer game. Kami kendalikan apa yang dia sukai, kami hanya mengijinkan main computer game, jika dan hanya jika PR-nya sudah selesai, jika belum, kabel power komputer kami cabut dan kami simpan.

Demikian juga jika dia mau ke rumah teman (rupanya dia mau main game di rumah temannya) boleh main ke rumah teman, setelah PR selesai.

Itulah yang kami lakukan untuk anak saya laki-laki yang juga mengalami masalah yang sama, dan itu butuh waktu bertahun tahun, dan sekarang ia menjadi juara, menang Asean Schoolarship, dan setelah 4 tahun di Singapura, lulus terbaik, dengan nilai STRAIGHT-A (SEMUA A) . Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan dan tahun demi tahun, karena membentuk sikap, menanam perilaku dan karakter tidaklah secepat menanam singkong.

1 comment:

  1. Adik laki laki saya kelas 4 Sd, saat di suruh belajar dia memang segera membuka buku pelajaran nya tapi tetap saja pikiran nya fokus pada mainan nya, di ancam pun tetap tidak mempan, --" , sampai saya sekeluarga kewalahan sendiri. huh.
    maaf jadi curhat :D

    ReplyDelete